Nah, warna awan di keliling embrio terbitnya matahari pada hari itu sangat indah. Warnanya dalam beberapa hari dapat berbeda-beda.
Sekali waktu di sekeliling tempat matahari mau terbit terdapat berbagai warna garis-garis horizonal. Sepanjang mata hamba memandang, ada warna kemerahan, jingga, perak dan hitam. Juga putih dan biru.
Pada waktu lain, berjejer warna kekuningan, putih,merah muda, agak marun dan merah. Jika pelangi warnanya tetap itu-itu saja, sinaran matahari yang masih lembut ini dapat berubah tiap hari.
Hamba tidak tahu, kenapa dapat begitu. Sama halnya hamba tidak faham, apakah warnanya memang asli seperti yang terlihat, ataukah itu hanya kesan di mata kita, tetapi warna sebetulnya berlainan.
Hamba bukan ahli ilmu falak atau astronomi, jadi hamba tidak faham soal fenomena apa di balik itu.
Satu hal yang jelas, pemandangan bersamaan antara masih ada bulan dan sudah mulai ada gejala kemunculan matahari yang sudah kebelet mau terbit sehingga memancarkan komposisi warna-warni yang lebih baik dari seribu lukisan, meski pada tempat yang berseberangan, dalam waktu konsisten, begitu mempesona. Menakjubkan. Setidaknya bagi hamba.
Buat memperoleh pemandangan itu, kita tak harus pergi jauh-jauh ke berbagai pantai wisata. Tak perlu menghamburkan banyak duit. Tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga. Cukup tengok saja langit setelah salat subuh berjemaah di masjid, kita dapat melihat pemandangan semacam itu.
Tak hanya sehari dua hari ketika kita jadi pelancong, tapi dalam sepanjang tahun, selama tidak mendung atau hujan.
Discussion about this post