Dan masih ada “berjuta” alasan lain untuk tidak berangkat salat subuh ke masjid. Jangankan buat yang tidak pernah atau jarang salat subuh di masjid, bagi jemaah salat subuh yang sudah jelas dan terbukti rutin salat subuh di masjid saja, “godaan” seperti itu masih kerap muncul dengan kuat.
Memang untuk salat subuh di masjid perlu mental kuat. Perlu tekad utuh. Tak bisa kalau cuma setengah hati. Hanya mereka yang sejak awal memiliki keyakinan salat subuh di masjid bukan sekedar memenuhi salat berjemaah memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding dengan salat sendiri, tapi merupakan pembuktian terhadap kecintaan kepada Allah. Juga bukti terhadap ketaatan dan kepatuhan kita terhadap Sang Maha Pencinta.
Kewajiban salat subuh di masjid sudah mendarah daging. Sudah internelazed bahasa teks booknya. Dengan salat subuh di masjid secara tidak langsung telah menjadi simbol, sebelum melakukan kegiatan apapun, kita melapor dan minta izin kepada Allah.
Posisi Allah dalam konteks ini di tempatkan sebagai prioritas utama di atas prioritas lainnya. Sebelum pada hari itu kita melaksanakan kegiatan lain, kepada Allah dahulu kita menghadap, menyerahkan diri dan mohon bimbingan serta tuntutan. Bagi jemaah salat subuh di masjid, Allah adalah segalanya.
Maka segala macam “godaan” yang menghampiri para jemaah salat subuh di masjid pada umumnya dapat langsung ditampik. Disingkirkan.
Sebaliknya bagi yang jarang salat subuh di masjid, ”godaan” tersebut justru menjadi alasan yang menggiurkan, yang masuk akal dan jadi alasan “pembenar” yang kuat. Padahal itu adalah sebuah “jebakan,” yang manis dan nampak dapat diterima. Sebuah prinsip ajakan agar kita tak usah salat subuh di masjid.
Kitalah yang memilih. Kitalah yang memutuskan. Tentu dengan segala risikonya.
T a b i k…!
(Bersambung….)
Penulis adalah wartawan dan advokat senior serta anggota Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah
(Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi yang tidak mewakili organisasi)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post