Oleh: Wina Armada Sukardi
Busana Salat Subuh
“Pakaian salat subuh kok kayak mau ke pesta,” kata istri saya, suatu ketika saat beberapa tahun silam saya mau salat subuh di masjid. Saya cuma tersenyum saja.
Memang setiap saya salat subuh ke masjid, saya upayakan mengenakan busana yang serasi. Apapun macam dan corak pakaian yang kenakan, sedapat mungkin saya upayakan tetap serasi. Mau memakai gamis, sarung, celana sarung, pakaian “pakistan,” baju koko, sampai jas, saya upayakan selalu serasi.
Kombinasi warna dipadu sedemikian rupa, sehingga relatif cocok. Mungkin hitam-hitam. Sarung atau celana sarung hitam dan pakaian atas dengan atau tanpa kerah berwarna hitam. Peci hitam. Waktu era sisa Covid-19 masih ada, masker pun hitam. Itu kalau serba hitam. Tapi bisa juga dikombinasikan dengan warna-warna lain yang matching.
Mungkin saja sebaliknya warna serba putih, termasuk kopiah atau tutup kepala putih. Dapat juga atasan putih yang dapat dikombinasikan dengar warna apapun.
Terkadang saya memakai selendang dengan berbagai ukuran panjang lebar serta pilihan aneka warna. Dalam
hal ini termasuk yang “tradisional” dari berbagai daerah di Indonesia.
Ingat, serasi tak berarti mewah, walaupun dapat pula memang ada yang mewah.
Discussion about this post