“Saya cuma ingin sembuh. Anak-anak saya masih sekolah. Saya tidak punya penghasilan lain,” ucap Dedi dalam kondisi lemah, beberapa saat sebelum ia meninggal, dengan mata berkaca-kaca menahan nyeri.
Ia adalah seorang ayah dari tiga anak yang menggantungkan hidup dari menarik angkot. Sosok sederhana yang tak pernah meminta lebih, hanya ingin hidup dengan layak, jujur, dan membantu orang lain sebisanya. Tapi sistem tak berpihak padanya.
Pihak keluarga sempat berharap ada bantuan dari pemerintah atau uluran tangan masyarakat. Namun waktu tak menunggu. Senin pagi, Dedi mengembuskan napas terakhir, membawa serta luka, kebaikan, dan harapan yang tak sempat terwujud.
Dedi pergi sebagai korban. Tapi lebih dari itu, ia pergi sebagai pahlawan kecil yang membawa pesan besar bahwa di negeri ini, kadang kebaikan pun bisa tumbang hanya karena uang dan birokrasi. Dan meski raganya telah tiada, semangatnya semestinya menyentuh nurani.
Sementara itu, di sisi lain, polisi masih memburu pelaku yang kabur usai melakukan penyerangan terhadap korban. Ciri-ciri pelaku telah dikantongi, dan upaya pengejaran terus dilakukan.
Penulis Pyan
Editor Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post