Oleh: Rusdianto Samawa
Ungkapan Tom Lembong di MetroTV sungguh membuat petani garam tercengang, sekaligus berharap, agar Agro Maritim Anies dapat manfaatkan ruang pesisir yang luas lahannya 40 juta hektare untuk diintegrasikan dalam tata kelola lahan garam sehingga perdebatan Tom Lembong dengan Luhut Binsar Panjaitan dan Bahlil Lahadalia dapat menjawab kegagalan rezim Jokowi yang tak bisa mengobati keresahan, kesusahan dan kemiskinan petani garam.
Luhut Binsar Panjaitan dan Bahlil Lahadalia belum paham bahwa garam bisa gantikan Lithium menjadi baterai. Walaupun kapasitas baterai kecil. Tetapi ini, harapan kedaulatan sumberdaya mineral Indonesia yang tak dilirik sama sekali. Padahal, garam bisa perkuat program kebijakan Energi Terbaru dan Terbarukan.
Dukung Tom Lembong, debat terbuka. Luhut dan Bahlil jangan bilang hoaks kepada lawan debat. Buktikan saja datanya. Luhut dan Bahlil lebih lemah dalam argumentasi. Cenderung menyerang pribadi.
Padahal, nikel kedepan sudah tak tersedia dan pasti beralih ke energi lain, seperti garam. Karena rezim Jokowi, keruk nikel hanya kepentingan jual. Bukan mementingkan kedaulatan rakyat dan negara. Ingat ekspor ilegal nikel ke China, lolos tanpa ada proses hukum. Ini pertanda hilirisasi nikel itu omong kosong.
Semua orang jadi menteri. Kalau prinsip jual. Pasti bisa semua. Apakah Luhut Menko Maritim dan Bahlil Menteri BKIPM pernah memikirkan petani garam?.
Jawabannya, kabinet Jokowi, malah menuduh hasil produksi garam Indonesia tidak berkualitas. Hal itu alasan saja, supaya bisa impor jutaan ton garam. Main mafia lagi dalam impor. Ingat kasus impor garam 3 tahun lalu?. Visi poros maritim dunia itu omong kosong. Hanya jadi penarik investasi. Sejak kapan perhatikan petani garam, maupun petani rumput laut.
Front Nelayan Indonesia (FNI) sudah menghitung hasil petani garam sejak 2015-2024 ini. Tak lebih baik dan tak kunjung ada Common Will dari pemerintah untuk berdayakan, yah malah lahan banyak dirampas oleh pengusaha atas nama negara. Lagi-lagi alasan Land Reform Agraria. Lahan petani diambil alih alasan masuk kawasan hutan lindung. Lalu aparat dibayar untuk backup. Memang rusak kok negara ini. Sudah ngak bener.
Kalau melihat potensi hasil produksi garam, maka bisa diolah menjadi baterai pengganti nikel. Ada banyak kelompok Pugar dan Kugar, Tersebar di seluruh Indonesia seperti Rembang, Brebes, Cilacap, Demak, Batang, Kebumen, Purworejo, Jepara, Sampang, Pati, Indramayu, Sumenep, Bima, Demak, Pamekasan, Sumbawa, Lombok Barat, Kota Surabaya, Pangkajene, Jeneponto, Lamongan, Tuban, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Probolinggo, Gresik, Kota Kupang, Aceh Timur dan masih banyak lainnya.
Kelompok Pemberdayaan Usaha Garam (Pugar) jumlahnya mencapai 11 ribuan dan Kelompok Usaha Garam (Kugar) sebanyak 12.728 yang terdiri dari 216.399 petambak garam rakyat di 541 desa di 200-an kecamatan dan 60 kabupaten/kota dengan luas lahan 33.854,36 Ha dengan lahan produksi garam seluas 24.130,92 hektare. Berarti existing lahan pakai per orang (kepala keluarga) sekitar 1-156 hektare.
Tahukah, bahwa produksi garam di Indonesia selalu melimpah sepanjang tahun. Kualitasnya pun tak perlu diragukan lagi mulai dari yang biasa hingga yang premium dengan harga 1000-2500 rupiah. Kasian petani kita. Sekilo saja garamnya harganya segitu.
Tak kurang dari 6 daerah di bawah ini terkenal sebagai daerah penghasil garam di Indonesia. Tersebar di 5 provinsi yang berbeda, di antaranya ada di NTT, NTB, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Kualitas garam yang dihasilkan juga bersaing dengan produksi garam impor. Tetapi tetap pemerintah dan mafia bilang, rendah kadarnya. Duh Omon-omon.
Discussion about this post