Luhut Binsar Panjaitan dan Bahlil Lahadalia tak berpihak ke petani garam. Hanya Tom Lembong dan Anies Baswedan dalam visi Agro Maritim mau perjuangkan hak-hak penggunaan garam. Apalagi menjadi bahan baku baterai. Maka kedepan petani garam Indonesia, menang banyak. Bisa-bisa penambang batubara dan nikel pindah ke penambang garam.
Bagi Anies dan Tom Lembong, garam bisa jadi terobosan untuk energi terbarukan bahwa baterai Shodium Ion (Garam) berpotensi mengurangi biaya dengan menyediakan kapasitas penyimpanan empat kali lebih besar dengan bahan Lithium Ion yang sumber bahan baku nikel. Shodium Ion kurangi biaya dalam jangka panjang, dan mulai tinggalkan nikel. Karena sudah habis nikelnya. Lalu apa yang mau di hilirisasi?.
Saat iklim memanas, ada kebutuhan mendesak untuk beralih ke sumber energi terbarukan, seperti garam, angin dan matahari. Tapi, energi terbarukan tidak selalu konsisten dengan sumber lain, yang berarti baterai diperlukan untuk menyimpan listrik yang digunakan.
Banyak baterai dibuat dengan logam tanah seperti litium, grafit, dan kobalt. Demi mencapai netralitas iklim, pada 2050 kedepan, Uni Eropa butuh lithium 60 kali lebih banyak baterai. Padahal nikel menipis. Pada akhirnya nanti garam yang digunakan.
Presiden Komisi Eropa Ursula Von Der Leyen mengatakan garam akan segera jadi lebih penting daripada minyak dan gas. Garam akan dibayar mahal. Karena problemnya, ekstraksi litium berakibat kekurangan air, hilangnya keanekaragaman hayati, rusaknya fungsi ekosistem, dan degradasi tanah.
Ketika logam diproduksi menggunakan kolam penguapan, misalnya, dibutuhkan sekitar 2,2 juta liter untuk menghasilkan satu metrik ton. Ini juga mahal secara finansial untuk menambang dalam skala besar. Maka garam solusinya.
Di sinilah petani garam berperan sebagai plasma inti penyiapan bahan baku baterai yang bersumber energinya dari garam sehingga garam menjadi alternatif dimasa depan. Baterai garam bukanlah konsep baru. Telah ada selama 50 tahun lalu. Sekarang salah satu alternatif yang lebih rendah biaya, dengan siklus hidup energi yang panjang.
Shenlong Zhao dari University of Sydney sudah meriset dan mencoba bahwa garam merupakan elektroda untuk meningkatkan reaktivitas belerang, elemen kunci yang menentukan kapasitas penyimpanan.
Produk yang dihasilkan menunjukkan kapasitas super tinggi dan masa pakai sangat lama pada suhu ruangan sehingga garam bisa menjadi alternatif baterai lithium ion bisa penyimpanan berkualitas tinggi yang tidak merugikan bumi dan mudah diakses di tingkat lokal atau regional.
Federasi Eropa untuk Transportasi dan Lingkungan (TE) memuat bahwa garam (Natrium) di undang-undang baru sebagai pengganti Baterai Lithium yang bisa mengubah permainan dagang global sebagai sumber energi dan produksi daur ulang.
Mulai Juli 2024, produsen baterai yang menjual produknya di Eropa harus melaporkan total jejak karbon produk, mulai dari penambangan hingga daur ulang. Data itu kemudian akan digunakan untuk menetapkan batas maksimum karbon dioksida agar baterai mulai berlaku paling cepat Juli 2027.
Garam baterai jauh lebih berkelanjutan daripada membakar fosil. Aturan baru Eropa tentang jejak karbon, daur ulang, dan pemeriksaan uji tuntas berarti garam baterai yang dijual di Eropa adalah yang paling berkelanjutan secara global, menetapkan standar untuk seluruh dunia.
Discussion about this post