Oleh: Nurhaniu Ode Hamusa, A.M. Keb
Siapa pun yang punya perasaan pasti akan merasakan kesedihan yang mendalam terhadap perlakuan yang dialami oleh warga Gaza di Palestina. Makhluk yang bernama manusia yang punya hati dan pikiran turut tersulut emosinya akibat genosida yang dilakukan oleh Zionis Yahudi yang didukung penuh oleh Amerika.
Tak terhitung celaan dan parade mengutuk kebiadaban yang tidak berprikemanusiaan, seolah hanya angin lalu. Ya Zionis memang tidak mengenal bahasa “damai” mereka akan tersentuh atau tergerak mana kala yang dilakukan adalah bahasa perang. Terlebih sebagai seorang muslim lebih lagi dituntut untuk bisa menolong saudaranya.
Hingga saat ini, muslim Gaza terus bertaruh nyawa. Ancaman genosida bukan hanya mereka dapatkan dari serbuan bom udara, namun senjata yang paling ampuh tanpa amunisi namun tepat sasaran tidak membutuhkan sumber daya manusia, tapi berhasil mematikan, banyak meregang nyawa karena kelaparan.
Ya pelaparan warga Gaza nampak menjadi senjata baru genosida. Sejak 2 Maret 2025, Gaza diblokade total. Pintu Rafah dan Kerem Shalom ditutup tanpa celah. Truk-truk bantuan dari dunia internasional pun tertahan di perbatasan. Sebagian lainnya tertumpuk di gudang-gudang WFP (Program Pangan Dunia) di perbatasan Mesir dan Yordania.
Padahal tidak jauh dari tumpukan bantuan tersebut ada 2 juta lebih warga Gaza yang masih harus bertahan dan berjuang dengan apa yang ada di sekitar mereka. Persediaan makanan, air bersih, bahan bakar, alat medis dan obat-obatan benar-benar terbatas dan kondisinya terus menipis bahkan sampai pada kondisi kritis.
Karena khawatir, bantuan kemanusiaan akan dimanfaatkan oleh Hamas, lalu Amerika dan Zionis mengusulkan sistem distribusi bantuan baru yang bernama Gaza Humanitarian Foundation (GHF), namun niat buruk sesungguhnya agar bisa mengontrol distribusi bantuan dalam kerangka tujuan politik dan militer yang lebih besar.
Genoside by starvation, inilah strategi yang telah dirancang agar warga Gaza cepat mengosongkan daerahnya. Penyaluran bantuan dipusatkan di 4 titik yang memaksa penduduk Gaza berpindah dari utara ke selatan di perbatasan Mesir. Rencana ini sejalan dengan keinginan para penjajah, sangat nyata kelicikan dan tipu daya yang mereka buat.
Juru bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyebutkan, hingga 21 Juli, tercatat ada 1054 orang tewas di Gaza saat berusaha mendapatkan makanan, 766 di antara mereka tewas di sekitar lokasi GHF dan 288 lainnya tewas di dekat konvoi kemanusiaan lainnya (BBC, 23-07-2025). Situasi mengerikan ini terjadi sejak Zionis dan Amerika membatasi bantuan dengan dalih keamanan.
Fakta yang menyesakkan dada yang belum ditahu kapan batas akhirnya. Apakah ini akan terus terjadi? Di mana penduduk muslim yang berjumlah 2 miliar? Inikah yang dikatakan Rasulullah SAW di akhir zaman kaum muslim banyak, namun seperti buih di lautan, banyak namun tidak punya kekuatan.
Mayoritas penguasa di dunia tampak bungkam lantaran menghitung kepentingan politiknya. Bahkan mayoritas mereka berdiri di sisi Zionis dan Amerika, baik secara tertutup maupun secara terang-terangan. Bagaimana dengan penguasa muslim? Tidak jauh berbeda, kurang lebih sama saja dengan penguasa pada umumnya.
Lihatlah penguasa Mesir yang alih-alih menggunakan tentaranya untuk mendobrak pintu Rafah dan berjihad melawan pasukan Zionis di Gaza. Abdul Fattah Al Sisi justru menyuruh tentaranya untuk menjaga perbatasan Rafah agar tetap tertutup rapat dengan alasan menjaga kepentingan nasionalnya.
Penguasa Emirat Arab dan Yordania pun sama, alih-alih mengerahkan tentaranya untuk menolong Gaza, mereka pun hanya bisa menawarkan bantuan melalui udara (airdops), yang justru menjadi sebab musibah berikutnya.
Lantas bagaimana dengan para pemimpin lainnya, termasuk penjaga tanah haram, sang Raja Muhammad Bin Salman? Ternyata mereka semua sedang dimabuk kekuasaan dan sibuk menjaga perasaan sang tuan (AS), menyedihkan!.
Sikap diam para penguasa dunia, termasuk para penguasa Muslim memang sama sekali tidak bisa diterima, apalagi mereka memiliki kekuatan dan sumber daya lebih besar. Bagaimana bisa mereka menutup mata dan telinga atas bencana besar yang ditimbulkan gerombolan manusia terkutuk. Sebegitu kuatkah entitas Zionis dan Amerika hingga kaum muslim memilih diam dan membiarkan kezoliman merajalela?
Wajar jika rakyat dunia marah, bukan hanya pada penjajah Zionis Yahudi dan Amerika, tetapi juga para penguasanya. Aksi-aksi solidaritas dan protes keras pun terjadi secara bergelombang bahkan kolosal diberbagai penjuru dunia, termasuk di Amerika.
Discussion about this post