Perayaan Valentine’s Day memang bukan hal baru lagi. Saat hari itu tiba seakan sudah menjadi rahasia umum bagi pasangan kekasih tuk memberi atau berbagi seperti coklat dan bunga, bahkan bagi wanita tak sedikit menyerahkan sesuatu yang berharga dalam dirinya kepada lelaki yang menjadi dambaan hidupnya. Alasannya apalagi kalau bukan atas nama cinta. Jadi valentine’s day tak sekadar love, tapi juga passion.
Hal yang dianggap lumrah yang mana dalam perayaan tersebut diisi dan dijadikan sebagai hari bagi sebagian orang untuk melampiaskan rasa cintanya, namun sayang cintanya tidak dibangun dengan landasan yang dibenarkan oleh norma yang berlaku di tengah masyarakat, terlebih norma agama tak lagi jadi tuntunan.
Di samping itu, karena budaya barat yang begitu mengagung-agungkan kebebasan, salah satunya kebebasan berperilaku. Hal itu tentu akan tercermin dari pola pikir dan menghasilkan pola sikap yang liberal pula. Karena bagi mereka naluri berkasih sayang (baca: bercinta) merupakan naluri yang harus direalisasikan.
Padahal naluri tersebut sejatinya, jika tidak terpenuhi hanya akan membawa pada kegelisahan dan tak sampai pada kematian. Karena hal itu bukan merupakan kebutuhan jasmani, yang jika tak dipenuhi akan membawa pada kebinasaan. Inilah yang terjadi saat ini ketika tak sedikit di antara kaum muslim yang menjadikan budaya barat sebagai kiblat.
Olehnya itu, betapa berhasilnya kaum liberal menyebarkan virus kebebasan bertingkah laku. Salah satunya ritual saat perayaan Valentine’s Day yang sudah menjadi hal biasa pada saat ini dan dijadikan sebagai ajang hari maksiat sedunia. Namun, sadar atau tidak, sesungguhnya tak sedikit para remaja ataupun orang dewasa yang telah terjerumus dalam perangkap perayaan 14 Februari tersebut.
Padahal sejatinya budaya tersebut berasal dari barat yang begitu mengagung-agungkan kebebasan yang mana jauh dari budaya ketimuran yang begitu menjunjung tinggi norma yang ada di masyarakat terlebih norma agama.
Karena itu, telah jelas bagaimana sejarah awal mulanya dan apa saja tradisi-tradisi yang menyertai dalam perayaan tersebut. Padahal Rasulullah SAW. pun telah bersabda yang artinya, “Siapa yang meniru suatu kaum maka dia bagian dari kaum tersebut.” (HR. Abu Daud).
Dengan demikian, saat ini tidak mudah menciptakan suasana yang jauh dari budaya barat yang liberal, karena begitu banyak aspek yang mengondisikan terjadinya hal itu. Olehnya itu, peran keluarga, masyarakat dan terlebih negara begitu penting dalam memahamkan dan menjauhkan generasi muda saat ini dari budaya-budaya yang dapat merusak norma yang berlaku di masyarakat, terlebih norma agama. Wallahu a’lam bi ash-shawab.(***)
Penulis: Freelance Writer
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post