PENASULTRA.ID, KENDARI – Indonesia kaya dengan keberagaman budaya pada setiap provinsi mulai dari lagu daerah, bahasa, pakaian, hingga makanan khas.
Makanan khas di Indonesia memiliki ciri khas setiap daerah. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahannya juga sangat alami.
Kuliner nusantara selalu identik dengan cita rasa khas rempah-rempah tradisional. Dengan cita rasa yang khas inilah kuliner nusantara selalu memanggil untuk dicicipi, tak terkecuali dengan kuliner khas dari Sulawesi Tenggara (Sultra).
Salah satu kuliner Sultra yang wajib dicoba yaitu Lapa-Lapa. Lapa-lapa adalah sajian makanan yang terbuat dari beras yang dicampur dengan santan, diolah dengan perlakuan khusus agar menghasilkan cita rasa luar biasa.
Biasanya beras yang digunakan yang berwarna merah, namun ada juga yang menggunakan beras putih. Bahkan ada juga yang membuat Lapa-Lapa dari gabungan beras merah dan putih.
Nama Lapa-Lapa berasal dari kata lapa dalam bahasa Wolio yang bermakna berlipat-lipat. Istilah ini merujuk pada cara pembuatan Lapa-Lapa yang dibungkus dengan daun kelapa yang masih muda (janur) atau yang dikenal dengan nama Bale yang dilipat-lipat.

Cara Membuat Lapa-Lapa
Kuliner lokal khas suku Buton dan Muna ini cukup mudah dibuat. Cara memperoleh bahan yang diperlukan pun tidak begitu sulit.
Owner Kedai Ratu Alam Kendari, Ali Rahman memberikan informasi tahapan membuat Lapa-Lapa.
Pertama, beras dicuci sampai bersih dan ditiriskan. Kemudian dimasak bersama tambahan santan kelapa dan campuran garam dan bawang merah secukupnya atau sesuai selera.
“Berasnya menggunakan beras putih dicampur beras merah. Dimasak setengah matang agar santan kelapa dan beras tercampur dengan baik,” kata Rahman belum lama ini.
Tahap berikutnya, ambil janur atau daun kelapa yang masih muda dan beri isian beras yang telah di masak setengah matang tadi. Padatkan isiannya lalu tutup dan ikat dengan rapi serta kuat.
Adapun tali untuk mengikat Lapa-Lapa biasanya digunakan tali rapia, tali karung beras, tali dari batang pisang kering ataupun tali dari kulit pohon Waru.
“Lalu dimasak kembali hingga matang,” ujar Rahman.
Discussion about this post