PENASULTRAID, KENDARI – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) kembali dapat menjaga kestabilan harga sebagaimana disampaikan dalam laporan bulanan Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru pada Jumat 1 November 2024.
Penjabat (Pj) Gubernur Sultra, Andap Budhi saat dikonfirmasi media menyampaikan terima kasih serta pentingnya sinergitas dan kolaborasi antara seluruh pihak dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan komoditas di tengah tantangan ekonomi yang ada.
“Terima kasih TPID dan para pihak. keberhasilan ini adalah hasil dari sinergitas dan kolaborasi antara TPID, pemerintah daerah, stake holder terkait, dan pelaku pasar. Kami akan intens memantau dinamika di pasar dan intervensi harga, serta memperkuat langkah-langkah inovatif agar semuanya dapat terjaga dengan baik,” ujarnya.
Andap juga berkoordinasi dengan Kepala Perwakilan BI Sultra Doni Septadijaya untuk menyikapi deflasi berturut-turut dari Juni hingga Oktober 2024 ini.
“Dari indikator ekonomi, sampai saat ini belum terlihat terjadi pelemahan daya beli masyarakat secara signifikan mengingat kredit dan simpanan dana pihak ketiga justru menunjukkan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun 2023,” ungkap Doni.
Pemprov Sultra berhasil mencatatkan deflasi sebesar 0,17% untuk Oktober, berlawanan dengan inflasi nasional yang mencapai 0,08%. Capaian ini menempatkan Sultra sebagai salah satu provinsi dengan kestabilan harga yang baik.
Deflasi Sultra pada Oktober didorong adanya penurunan harga di kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami deflasi sebesar 0,58% dengan andil sebesar 0,19%. Beberapa komoditas utama yang berkontribusi pada penurunan harga ini adalah beras 0,06%, terong 0,05%, dan bayam 0,04%.
Meski demikian, terdapat komoditas yang menyumbang inflasi bulanan seperti kacang panjang, ikan layang/ikan benggol, dan emas perhiasan, masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,04%. Selain itu, tomat dan sawi hijau juga turut menyumbang inflasi dengan andil sebesar 0,03%.
Secara tahunan (year on year), inflasi Sultra tercatat sebesar 0,71%, jauh di bawah rerata nasional yang mencapai 1,71%. Dengan angka ini, Sultra menempati posisi kedua terendah dari 38 provinsi di Indonesia dalam tingkat inflasi tahunan.
Komoditas yang memberikan andil inflasi tahunan di Sultra antara lain sigaret kretek mesin sebesar 0,33%, emas perhiasan 0,27%, dan ikan bandeng/ikan bolu 0,06%. Sementara itu, beberapa komoditas berhasil menekan laju inflasi tahunan, seperti beras 0,16%, angkutan udara, ikan layang/ikan benggol, dan tomat, yang masing-masing memberikan andil deflasi sebesar 0,07%.
Discussion about this post