Oleh: Ir Zulfikar Tanjung
Dari sudut Kedai Kopi di Pangururan, Samosir, Sumatera Utara, Selasa (8/4/2025), bergema sebuah ajakan moral yang sejatinya merupakan gema nurani profesi jurnalis Indonesia.
Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kabupaten Samosir, Tetty Naibaho tidak sekadar berbicara dalam kapasitas struktural, melainkan menyuarakan satu nilai yang hakiki: pentingnya jurnalis saling menghormati, menjaga etika dan menjunjung tinggi integritas di tengah dinamika era informasi digital.
Dalam ajakannya, Tetty menekankan bahwa jurnalis tidak boleh saling menjatuhkan dan harus menghindari sikap merasa paling unggul. Lebih dari sekadar sikap etis, pernyataan ini merefleksikan panggilan moral untuk menegakkan martabat profesi—suatu hal yang semakin genting di tengah gempuran opini liar, berita pesanan dan konten-konten tanpa verifikasi yang membanjiri ruang publik.
“Kita sesama jurnalis harus saling menghargai, bukan saling menjatuhkan. Dalam mencari dan menyajikan informasi, kita harus menyampaikan fakta yang aktual, bukan opini pribadi,” ujar Tetty.
Apresiasi atas Ajakan yang Langka namun Mendesak
Pernyataan Tetty Naibaho patut diapresiasi bukan hanya sebagai pesan lokal, tapi sebagai cerminan kebutuhan nasional. Di tengah makin kaburnya batas antara konten jurnalistik dan opini pribadi, suara seperti ini menjadi oase moral yang menyadarkan kembali bahwa kekuatan jurnalisme terletak pada kredibilitas, bukan kecepatan; pada kejujuran, bukan keberpihakan; pada integritas, bukan popularitas.
Ajakan Tetty untuk menghindari pemberitaan pesanan demi kepentingan tertentu adalah seruan tegas yang patut didengungkan secara nasional. Ia mengingatkan bahwa begitu berita dipublikasikan, ia menjadi milik publik—maka setiap jurnalis bertanggung jawab bukan hanya pada medianya, tetapi pada masyarakat, bahkan pada sejarah.
Moral: Fondasi Hakiki Jurnalisme Profesional
Dalam konteks ini, pernyataan Tetty adalah ajakan moral yang agung—bukan basa-basi, melainkan dasar eksistensial dari tugas jurnalistik. Moral bukanlah pelengkap; ia adalah fondasi dari etika profesi.
Ketika moral dikedepankan, jurnalis tidak hanya bekerja untuk menyampaikan informasi, tetapi untuk menjaga kesadaran kolektif, membimbing opini publik, dan menyuarakan kebenaran yang berpijak pada nilai keadilan.
Discussion about this post