Oleh: Wa Limi, S. Pd
Belum lama ini, publik kembali dibuat tercengang oleh sebuah video podcast di kanal YouTube Deddy Corbuzier. Betapa tidak, dalam tayangan PC berdurasi kurang lebih satu jam itu, DC menghadirkan tamu seorang gay asal Indonesia berinisial RM bersama pasangan sejenisnya FV, seorang pria bule berkebangsaan Jerman.
Tak ayal, tayangan PC tersebut menuai kecaman hingga unsubscribe dari warga net. Pasalnya, tindakan DC dianggap memberi ruang ekspresi bagi pasangan homo, sekaligus mendukung dan menyebarluaskan informasi seputar aktivitas homoseksual (cekricek.id, 09/05/2022).
Meskipun akhirnya DC meminta maaf dan menghapus video tersebut, namun tidak berarti persoalan ini sudah selesai. Sebab, aktivitas orientasi seksual menyimpang ini kian meresahkan dan berbahaya. Sehingga, menjadi penting untuk ditelisik tentang mengapa dan bagaimana komunitas penyuka sesama jenis ini kian menjamur dan berani tampil di depan umum. Pun, menjelaskan kerusakan dan bahaya yang akan dituai bila perilaku menyimpang ini dibiarkan.
HAM, Invasi Budaya Barat dan Dukungan Lembaga Internasional
Pada dasarnya, lesbian, gay, biseksual, dan transgender bukan bawaan, bukan faktor gen, bukan pula sesuatu yang kodrati. Pun, anggapan bahwa homoseksual dan yang lainnya tidak bisa diubah secara psikologis adalah keliru dan menyesatkan. Faktanya, penyimpangan tersebut adalah penyakit dan bisa disembuhkan secara psikologis.
Dari hasil penelitian Paul Cameron, Ph.D dari Family Research Institute disimpulkan, di antara penyebab utama munculnya dorongan untuk berperilaku homoseksual adalah trauma masa kecil, dimana pelaku pernah menjadi korban sodomi.
Faktor lain adalah kesalahan pola asuh dalam keluarga, juga faktor lingkungan. Seperti, pendidikan yang pro homoseksual, toleransi sosial, adanya figur yang secara terbuka berperilaku homoseksual, serta penggambaran bahwa homoseksualitas adalah perilaku normal dan bisa diterima.
Propaganda dan penyebaran virus pelangi telah menjadi gerakan yang melibatkan berbagai kelompok organisasi baik lokal, nasional, maupun internasional. Organisasi-organisasi tersebut saling terhubung satu sama lain. Langkah-langkah, aktivitas, aksi, dan gerakan mereka dilakukan secara terkoordinasi berdasarkan strategi yang telah disusun dan disepakati bersama.
Penyebaran ide dan perilaku homoseksual menggunakan prinsip HAM dan kebebasan sebagai dalih pembenaran. Orientasi seks menyimpang dibenarkan dengan ide relativitas kebenaran itu sendiri. Akibatnya, muncul suatu mafhum bahwa tidak ada kebenaran tunggal yang bisa mengikat semua orang. Kebenaran bersifat majemuk, bergantung individu, budaya, dan konteks sosial tertentu.
Berdasarkan ide relativitas kebenaran itu, muncul pula anggapan bahwa kaum pelangi tidak boleh dipandang sebagai perilaku menyimpang, tak bermoral dan abnormal. Sebab, menurut ide ini, kaum pelangi hanyalah bentuk keberagaman orientasi seksual, seperti halnya keragaman suku, agama, ras, dan budaya dalam masyarakat.
Discussion about this post