Oleh: Iman Handiman
Dalam setahun terakhir, sejatinya pers telah melihat mengapa berita yang akurat dan tidak memihak menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Dengan latar belakang misinformasi terkait pandemi global –di Indonesia dipertontonkan secara telanjang lewat berbagai rekayasa penanganan dan pengobatan pasien– jurnalis menghadapi intimidasi, pelecehan, dan bahaya untuk melaporkan berita demi kepentingan publik.
Pada Hari Kebebasan Pers Sedunia, yang diperingati 3 Mei 2023 di kantor pusat Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, kita sebenarnya merayakan jurnalisme independen dan menghargai jurnalis di seluruh dunia yang mempertaruhkan keselamatan mereka untuk melaporkan berita.
Itu terutama berlaku bagi reporter, fotografer, videografer, editor, pemecah masalah, dan kru pendukung di garis depan di mana berita sedang disiarkan.
Tim internal dari semua organisasi media sering beroperasi di lapangan dalam ancaman yang signifikan –beberapa melaporkan secara anonim untuk menghindari pembalasan. Tapi secara umum di dunia, awak media tidak goyah.
Di Reuters, pelaporan internal sangat kuat karena menggabungkan keahlian lokal yang mendalam dengan pemahaman global.
‘Globalitas’ ini adalah bumbu dapur mereka. Berita mereka menjangkau miliaran orang setiap hari –melalui saluran sendiri dan media dunia– dan mendasari wacana publik di seluruh dunia.
Hari ini, Reuters pun menegaskan kembali komitmen terhadap jurnalisme independen, sebagaimana tercantum dalam prinsip kepercayaan mereka, dan untuk melindungi hak jurnalis melakukan pekerjaan mereka tanpa takut dilecehkan atau disakiti.
Dalam dunia tanpa jurnalisme independen, masyarakat akan rentan terhadap manipulasi, dan bahkan tidak memiliki cara untuk mengetahui, apalagi melawan.
Discussion about this post