Pun saat ini, tak jarang ada di antara masyarakat menjadikan fakta sebagai sumber hukum. Apa yang dilakukan oleh banyak orang itulah yang dianggap benar. Padahal baik buruk atau terpuji dan tercelanya sesuatu bukan berdasarkan standar manusia, tapi berdasarkan hukum-Nya.
Belum lagi sanksi hukum yang lemah dan tidak berefek jera, sehingga membuat setiap individu tidak merasa takut untuk melakukan tindakan kriminal. Kalau sudah seperti itu, sulit dipastikan angka kriminal akan menurun dari tahun ke tahun.
Selain itu, kaum muslim saat ini nampak memisahkan peran agama dalam kehidupan. Sehingga tatkala melakukan sesuatu agama tak lagi jadi pedoman dalam berbuat. Sehingga ucapan “jangan bawa-bawa agama” bukan hal asing terdengar dari lisan-lisan kaum muslim.
Ditambah sistem yang diterapkan saat ini (kapitalisme) telah membentuk setiap individu baik rakyat ataupun pejabat bebas bertindak dan berperilaku tanpa aturan yang jelas. Pun hukum tak sedikit nampak tajam ke bawah, namun tumpul ke atas.
Begitulah ketika aturan diserahkan kepada manusia yang sifatnya lemah dan terbatas, serta tak jarang aturan yang dibuat menimbulkan pertentangan di antara manusia. Sebab, manusia yang melakukan sesuatu bukan karena tuntunan wahyu, maka dirinya akan dikendalikan oleh hawa nafsu. Kalau sudah seperti itu halal haram tak lagi jadi patokan dalam melakukan sesuatu.
Sementara itu, dalam islam segala sesuatu yang dapat memicu tindakan kriminalitas akan dibabat tuntas. Karena itu penting aspek pendidikan, ekonomi, sosial dan berbagai hal yang terkait senantiasa didukung oleh nilai-nilai yang tidak bertentangan dengan aturan-Nya.
Di samping itu, penting adanya hal lain yang mendukung yakni: Pertama, ketakwaan individu yang mampu mendorong untuk terikat kepada hukum syara. Kedua, kontrol individu dan masyarakat. Kontrol keduanya sangat diperlukan, karena manusia bukan nabi apalagi malaikat yang tak luput dari khilaf. Ketiga, peran negara yang menerapkan aturan-Nya dalam seluruh aspek kehidupan.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW., “Kamu semuanya adalah penanggung jawab atas gembalanya. Maka, pemimpin adalah penggembala dan dialah yang harus selalu bertanggung jawab terhadap gembalanya.” (HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan at-Tirmidzi dari Ibn Umar).
Discussion about this post