Tapi meskipun berbagai payung aturan hukum telah keluar, penyu dan telurnya masih jadi incaran komoditas yang diperjualbelikan.
Di Kecamatan Lasalimu Selatan Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara, telur penyu bahkan dijual bebas di pasar tradisional. Kata Wa Ode Rusiani, harganya dibandrol Rp 2.000 per butir. Telur penyu diperoleh dari pesisir Pantai Koguna, Desa Mopaano Kabupaten Buton yang merupakan tempat migrasi hewan bercangkang tersebut.
Sejauh ini, perburuan telur penyu dari pihak yang tak bertanggungjawab telah menyumbang angka penurunan populasi penyu.
Di pantai berpasir putih Koguna, Desa Mopaano Kabupaten Buton misalnya, perburuan telur masih marak terjadi. Di daerah tersebut, telur penyu paling mudah didapati. Sebab perairan Buton (termasuk Muna dan Kabupaten Konawe) memang merupakan jalur migrasi penyu. Sebagian besar penyu yang ditemukan adalah penyu sisik (Eretmeochelys imbricate) dan penyu hijau (Chelonia mydas).
Kedua jenis ini telah mengalami penurunan populasi tajam sejak perburuan meningkat. Riset ProFauna tahun 2010 menyebutkan, Sulawesi Tenggara menyumbang angka perburuan cukup besar. Dimulai dari Wanci-Wakatobi yang mengirim rata rata 600 penyu ke Bali, Ereke-Buton Utara 250 penyu per tahun, Moramo-Konawe Selatan 240 penyu dan Tikep Muna 25 penyu per tahun. Perdagangan dan konsumsi, dua hal yang memicu penyu-penyu di perairan Sulawesi Tenggara berada dalam tekanan tajam.
Sejumlah lembaga konservasi menunjukkan temuan bahwa penurunan populasi penyu tak hanya disebabkan oleh praktik perikanan yang tak bertanggungjawab, tapi juga faktor perubahan iklim, serta serangan predator bagi penyu. Perburuan penyu, baik untuk perdagangan dan konsumsi ikut menyumbang catatan buruk terhadap populasi penyu di Indonesia.
Kolaborasi PAAP Jaga Habitat Penyu
Pantai Koguna, Desa Mopaano Kabupaten Buton dikenal sebagai lokasi peneluran telur penyu. Tempat ini disinyalir menyuplai telur penyu yang diperjualbelikan di pasar tradisional Buton.
Pada musim tertentu, penyu berukuran besar, dengan lingkar karapas sekitar 50 centimeter datang, menggali sarang dan bertelur. Sekali bertelur, 90 hingga 180 an butir bersarang dengan nyaman di pasir.
Seringkali saat penyu pergi, berbagai predator alami mulai berdatangan, salah satunya biawak. Lainnya, tentu saja manusia.
“Orang orang sini yang berburu telur,” kata Wa Ode Rusiani.
Suami Wa Ode Rusiani, La Ode Awaludin atau Pak Awal adalah nelayan di perairan Mopaano. Puluhan tahun melakoni profesi ini, ia telah belajar mengamati kaitan antara penyu dan ikan yang ditangkapnya.
Marak pengambilan telur penyu ikut memicu keprihatinan Pak Awal. Ia lalu bergabung dalam Divisi Pemantauan PAAP Lasinta Lape-Lape, sebuah kelompok yang dibentuk oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Buton bekerjasama dengan Rare Indonesia.
Tugas Pak Awal adalah mengajak orang-orang di kampungnya untuk ikut melestarikan penyu, serta memproteksi populasi ikan dengan cara ‘tidak mengambil ikan’ di Kawasan Larang Ambil (KLA) atau zona larang tangkap sebagaimana kampanye PAAP.
Ini memang tak mudah. “Tapi setelah dua tahun bergerak bersama, saya bisa melihat banyak nelayan mulai paham pentingnya menjaga alam di sini. Mereka bahkan ikut menjaga habitat penyu,” kata Pak Awal.
Discussion about this post