Ketiga, bahwa menjelang Pilpres 2019 beredar video sejumlah orang yang melakukan sikap hormat kepada Prabowo Subianto. Setiap orang bersiap sambil memberi hormat dan mengatakan: “siap presiden” lalu secara bergantian menyalami Prabowo Subianto.
Aksi tersebut kemudian ditiru dalam bentuk parodi oleh banyak pihak, termasuk oleh anggota tim kampanye nasional (TKN) Jokowi. Ada pihak yang menyebut bahwa Prabowo sedang main “presiden-presidenan”. Oleh karena itu, wedangan Prabowo dengan Gibran pun seharusnya ditanggapi dengan pernyataan khas Gus Dur: “gitu aja kok repot”.
Keempat, bahwa pernyataan Gibran tentang dirinya sebagai kader baru, kader biasa, tidak bermanuver, tidak punya pasukan, lalu merendahkan hatinya menjadi “anak kecil”, hingga tidak perlu bereaksi panik harus diyakini sebagai pernyataan dari seorang yang jujur, polos, dan tulus. Maka Gibran justru harus diberi kebebasan, keleluasaan memainkan perannya sebagai “anak kecil” yang menggemaskan, sehingga setiap orang selalu ingin bertemu dan merindukannya.
Kelima, bahwa tingginya animo tokoh politik nasional bertemu dengan Gibran sebagai hal yang baik dan positif. Gibran yang suci, cerdas, dan kreatif seperti pandangan Gus Dur kepada “anak kecil” telah memainkan perannya sebagai pelopor dari upaya menjadikan Pemilu 2024 yang menggembirakan, aman, damai.
Kunjungan Capres Anies Baswedan, Airlangga Hartarto, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto ke Surakarta menjadikan Gibran sebagai tokoh yang dapat mempertemukan semua Capres 2024.
Keenam, bahwa Pilpres 2024 sejatinya sebagai kontestasi politik yang berkualitas, sehingga Capres harus mengedepankan spirit kebangsaan dan persaudaraan. Pertarungan ide, gagasan, serta program dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional. Menghentikan penggunaan politik identitas, eksploitasi SARA, dan pemanfaatan ikatan-ikatan primordial. Sikap permusuhan, ujaran kebencian, pernyataan yang saling merendahkan dan melukai perasaan harus dihindari, sehingga Pemilu 2024 tidak menghadirkan luka dan dendam.
Ketujuh, bahwa Kornas sebagai rekan juang politik Jokowi dan Ganjar tidak akan memaksa Jokowi, keluarganya, bahkan relawannya untuk mendukung Capres Ganjar. Kornas menyerahkan sepenuhnya keputusan tersebut kepada Jokowi, dan tidak menuntut apapun.
Kornas memiliki keyakinan bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang berasal dari “orang biasa” seperti Jokowi di 2014 dan 2019. Maka Kornas memutuskan mendukung Ganjar Pranowo sebagai satu-satunya Capres “orang biasa”.
Kedelapan, bahwa semua tokoh yang melewati proses panjang hingga menjadi Capres atau Cawapres harus diapresiasi dan dihargai. Maka Kornas akan mengajak seluruh rekan juang politik, relawan, simpatisan, dan pendukung Capres Ganjar Pranowo untuk tidak melakukan “black campaign, negative campaign” terhadap Capres lainnya. Tidak menyebar berita bohong dan menyesatkan. Tidak memberi hadiah atau janji, dalam bentuk uang, dan sembako. Dan menjunjung tinggi persaudaraan, persatuan, dan kesatuan bangsa.
Kornas mengajak semua pihak, baik Parpol, Paslon, Perseorangan Calon dan penyelenggara, baik KPU, Bawaslu, DKPP, serta fasilitator baik Pemerintah, TNI dan Polri dan seluruh rakyat Indonesia untuk bergotong-royong menjadikan Pemilu 2024 sebagai Pemilu yang jujur, adil, aman, dan damai.(***)
Penulis adalah Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post