“Saya merasa berdosa telah meremehkan anak-anak yang suci, cerdas, dan kreatif. Sedangkan anggota DPR yang kotor dan kreatif mencari celah untuk uang,” ucap Gus Dur.
Dalam dinamika politik nasional, yang berhasil direlokasi Gibran dari Jakarta ke Surakarta, Kongres Rakyat Nasional (Kornas), rekan juang politik Jokowi sejak 2014, dan akan melanjutkan perjuangan bersama Ganjar Pranowo 2024 menyampaikan pandangan sebagai berikut:
Pertama, bahwa Kornas mengapresiasi Capres Prabowo yang rendah hati bersedia menemui “anak kecil”. Wedangan bersama Gibran yang mengaku sebagai “anak kecil”. Kemudian silaturahmi dan nostalgia dengan SBY yang disebut “anak kecil” oleh Alm. Taufiq Kiemas.
Kedua, bahwa salah satu permainan tradisional anak kecil yang berasal dari Jawa Tengah adalah “cublak cublak suweng”. Permainan dimana satu anak membungkuk dan menghadap ke bawah yang bertugas sebagai penebak. Sementara anak yang lain sambil menyanyikan lagu “Cublak Cublak Suweng” memindahkan kerikil dari tangan ke tangan di punggung anak yang membungkuk dan menghadap ke bawah.
Maka wedangan plus deklarasi relawan Jokowi-Gibran seharusnya tidak perlu disikapi berlebihan atau “panik” oleh pihak manapun. Mungkin Gibran sedang bermain “Cublak Cublak Suweng”. Permainan anak kecil tersebut tidak perlu dianggap serius, sekalipun ada deklarasi dukungan relawan kepada Capres Prabowo Subianto.
Ketiga, bahwa menjelang Pilpres 2019 beredar video sejumlah orang yang melakukan sikap hormat kepada Prabowo Subianto. Setiap orang bersiap sambil memberi hormat dan mengatakan: “siap presiden” lalu secara bergantian menyalami Prabowo Subianto.
Aksi tersebut kemudian ditiru dalam bentuk parodi oleh banyak pihak, termasuk oleh anggota tim kampanye nasional (TKN) Jokowi. Ada pihak yang menyebut bahwa Prabowo sedang main “presiden-presidenan”. Oleh karena itu, wedangan Prabowo dengan Gibran pun seharusnya ditanggapi dengan pernyataan khas Gus Dur: “gitu aja kok repot”.
Keempat, bahwa pernyataan Gibran tentang dirinya sebagai kader baru, kader biasa, tidak bermanuver, tidak punya pasukan, lalu merendahkan hatinya menjadi “anak kecil”, hingga tidak perlu bereaksi panik harus diyakini sebagai pernyataan dari seorang yang jujur, polos, dan tulus. Maka Gibran justru harus diberi kebebasan, keleluasaan memainkan perannya sebagai “anak kecil” yang menggemaskan, sehingga setiap orang selalu ingin bertemu dan merindukannya.
Kelima, bahwa tingginya animo tokoh politik nasional bertemu dengan Gibran sebagai hal yang baik dan positif. Gibran yang suci, cerdas, dan kreatif seperti pandangan Gus Dur kepada “anak kecil” telah memainkan perannya sebagai pelopor dari upaya menjadikan Pemilu 2024 yang menggembirakan, aman, damai.
Discussion about this post