Disinilah hubungan Shaum (puasa) yang mengandung makna menahan. Bukan hanya tentang makan, minum, dan hubungan suami istri, tetapi berlatih menahan mengendalikan diri, membangun kesadaran untuk tidak menyakiti sesamanya.
Dalam hidup sehari-hari, terkadang mencaci dan memaki begitu mudahnya keluar dari bibir kita. Tanpa ragu dan pikir panjang kita mendzolimi dan melukai perasaan orang lain. Mudah mengeluarkan hawa nafsu yang berdampak buruk pada orang lain.
Maka itulah hakekatnya puasa Shaum. Derajat taqwa sebagaimana yang menjadi output dari orang berpuasa hanya bisa diraih jika merekonstruksi puasa kita, tidak sekedar menjalankan formalitas ibadah semata, akan tetapi mengangkat derajat dan kualitas ibadah puasa secara hakiki, terjewantahkan dalam pikiran, sikap dan perbuatan sehari-hari.
Menurut Imam Al-Ghazali di dalam Kitab Ihya ‘Ulumiddin penjabaran Shaum secara hakikiyah inilah bentuk puasa sesungguhnya yang akan mengantarkan manusia kepada derajat takwa.
Seseorang berpuasa tidak sekedar menjaga agar puasanya sah, tetapi secara hakiki berusaha menggapai ridha Allah dengan penuh keikhlasan. Menyandarkan tujuan puasa semata-mata karena Allah, memperbanyak amal ibadah, lalu berusaha untuk selalu berbuat baik dan tanpa menyakiti sesama.
Wallahualam Bissawab
Penulis adalah Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Tenggara
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post