Kalau kita lihat reshuffle Kabinet Merah Putih Prabowo, ada kombinasi dari tiga faktor itu. Ada evaluasi, ada strategi koalisi, dan ada jawaban atas keresahan publik. Yang jadi pertanyaan, apakah ini hanya pergantian orang, atau benar-benar momentum perbaikan?
Bagi saya, reshuffle harus diarahkan untuk memperkuat pelayanan publik. Kalau hanya rotasi kursi demi kepentingan politik, publik akan kecewa. Tapi kalau berbasis evaluasi nyata dan data kinerja, reshuffle bisa menjadi energi baru untuk membawa perubahan.
Pada akhirnya, kekuasaan itu amanah. Filsafat politik mengingatkan kita, jabatan bukan hadiah bagi elite, melainkan sarana mewujudkan kepentingan rakyat. Reshuffle hanya akan bermakna jika kembali pada prinsip itu.(***)
Penulis adalah Pemuda Pemerhati Ekonomi Nelayan (PPEN)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post