Bukan hanya aksi turun ke jalan namun, para aktivis kemanusiaan dunia rela berkalang nyawa untuk mengirimkan bantuan melalui kapal-kapal laut ke Gaza atau berjalan ke zona merah Rafah demi mendesak agar pagar maut itu dibuka.
Aksi march to Gaza yang viral sebelumnya, adalah salah satu ekspresi kemarahan dunia meski tidak memberi pengaruh signifikan atas penjajahan di Gaza, tapi spirit-nya terus menggema. Di beberapa tempat, kemarahan itu bahkan sudah sampai puncaknya.
Pada 28 Juli, sekelompok massa pemuda Mesir melancarkan serangan yang berani terhadap kantor polisi di Mas’asara. Mereka marah atas tragedi kelaparan massal di Gaza akibat blokade yang mereka pandang pemerintah Mesir ikut andil di dalamnya.
Munculnya berbagai ekspresi ini sejatinya wajar adanya, namun bagi umat Islam, tentu tidak cukup berhenti pada level simpati dan tergerak secara kemanusiaan saja, namun ada persoalan akidah yang berkelindan dalam soalan Palestina khususnya Gaza.
Perasaan dan sikap mereka atas nasib muslim Gaza menjadi salah satu barometer untuk mengukur keimanan mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).
Wujud cinta hakiki adalah kesiapan berkorban demi yang dicintai dengan menghilangkan semua keburukan yang menimpanya, menyelamatkan nyawanya, merebut kembali tanahnya dan memuliakannya karena umat Islam adalah umat terbaik tidak layak dihinakan.
Sayang hari ini, umat Islam tidak bisa mengekspresikan cinta hakiki sesuai tuntunan iman. Dominasi sistem sekuler kapitalisme telah menggerus standar-standar dan rida-benci hanya sebatas standar keduniaan. Sehingga ada kewajiban bagi kita untuk meluruskan niat dan pemahaman, bahwa spirit menolong Gaza bukan sekedar alasan kemanusiaan, karena iman mengharuskan.
Di luar dorongan iman, maka setiap rasa, pemikiran, dan langkah, apapun yang dilakukan untuk menolong Gaza Palestina tidak akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Akar persoalan Palestina adalah pencaplokan wilayah oleh entitas Zionis dengan dukungan negara adidaya Amerika. Mereka sengaja membuat sebuah negara buatan yang akan menjadi duri di jantung umat Islam sehingga terjadi konflik abadi dan kekuatan mereka bisa terus dilemahkan.
Padahal ketika umat Islam hidup di bawah naungan Islam, musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nasrani tidak berani berbuat macam-macam, hingga sistem Islam berhasil diruntuhkan di tangan Mustafa Kemal Attaturk di Turki Usmani.
Oleh karena itu, menolong Gaza Palestina harus dengan meniti langkah yang terukur dan terencana. Targetnya adalah mewujudkan kembali institusi politik Islam yang benar-benar berfungsi sebagai perisai, yakni negara adidaya yang siap memobilisasi seluruh kekuatan umat dan mengomando jihad fi sabilillah demi mengusir penjajah.
Itulah negara dalam naungan sistem Islam yang sepanjang 13 abad telah berhasil menyatukan umat Islam atas dasar akidah, menyejahterakan mereka dan menjadikan negaranya benar-benar digdaya melalui penerapan aturan-Nya. Wallalu a’lam.(***)
Penulis: Freelance Writer
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post