Kapal-kapal niaganya yang berlambung besar bahkan telah mencapai Singapura, Johor, bahkan Peurlak di utara Aceh.
Sun Yin, seorang peniaga besar Singapura dan konglomerat penguasa bandar di sana memberi kesaksiannya:
“Keuntungan barang dagangan Wa Ode Wau dari kesultanan Buton dalam satu musim dapat menghidupkan rakyat di ketiga negeri yakni Singapura, Johar dan Negeri Sultan Iskandar Muda (Aceh) selama 1 tahun. Ia mempunyai armada besar yang membawa barang dagangan yang tidak dapat ditampung di pelabuhan Singapura dan Johar dalam 1 musim,”
Gubernur Jenderal Willem van Outhorn (Desember 1690-Agustus 1704), juga Gubernur Jenderal Jeremias van Riemsdijk (28 Desember 1755 – 3 Oktober 1777), serta ditegaskan oleh Gubernur Jenderal Willem Alting (Maret 1780 – 17 Februari 1797), dan Residen Brugman (1906) menaksir harta kekayaan Wa Ode Wau sekira 180 milyar gulden, atau setara 60 milyar dolar.
Wa Ode Wau adalah puteri La Arafani–Sapati Baaluwu, dengan begitu ia adalah cucu kenepulu La Bula, pangkal kaomu–bangsawan Kumbewaha di Buton.
Ia bersaudara dengan La Dini, Sultan Syaifuddin Khalifatul Khamis, Sultan Buton ke-14 (1695–1702) yang adalah ayahanda La Ngkariri–Oputa Sangia (Sultan Buton ke-19, 1712–1750), La Ode Kaili (Lakina Laboora) dan La Seha, Sultan Rafiuddin Malik Sirullah (Sultan Buton ke-22, 1757–1760).
Discussion about this post