PENASULTRAID, KENDARI – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar apel peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2025 pada Rabu, 5 Juni 2025, di Lapangan Eks MTQ Kendari.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut atas surat dari Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Nomor UN.73/PPLH.SM/TU/SET.3.1/B/05/2025 tanggal 19 Mei 2025, terkait pelaksanaan Apel Peringatan Hari Lingkungan Hidup dan Kerjasama Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025.
Sekretaris Daerah (Sekda) Sultra, Asrun Lio hadir dan memimpin langsung apel sekaligus membacakan sambutan resmi Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq.
Dalam pidato yang dibacakan, Menteri Hanif menegaskan bahwa tema tahun ini, “Hentikan Polusi Plastik”, bukan sekadar slogan, melainkan panggilan moral dan seruan aksi nyata dalam menghadapi ancaman serius terhadap lingkungan hidup.
“Polusi plastik adalah bom waktu ekologis. Dari 400 juta ton plastik yang diproduksi setiap tahun di dunia, kurang dari 10% yang berhasil didaur ulang. Sisanya mencemari tanah, sungai, laut, bahkan telah masuk dalam rantai makanan manusia,” demikian pidato Menteri Hanif yang dibacakan Sekda Asrun Lio.
Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023 menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan 56,6 juta ton sampah, dengan sekitar 10,8 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik. Ironisnya, hanya 39,01% yang terkelola secara layak.
Pemerintah pusat menargetkan 100% pengelolaan sampah nasional pada 2029. Strategi ini ditempuh melalui pendekatan hulu dan hilir: dari pelarangan plastik sekali pakai dan impor scrap plastik, hingga pembangunan infrastruktur daur ulang serta pemberlakuan skema Extended Producer Responsibility (EPR) bagi produsen.
Dalam sambutannya, Menteri Hanif juga menyampaikan bahwa Indonesia akan mengambil peran aktif dalam forum perundingan internasional INC-5.2 di Jenewa, untuk menyusun konvensi global yang mengikat secara hukum dalam mengatasi polusi plastik.
“Indonesia hadir bukan sebagai korban pencemaran global, tapi sebagai pemimpin solusi,” tegasnya.
Discussion about this post