Oleh: Rangga Yl. Setiawan
“Kronologi pembunuhan bocah 11 tahun di Makassar oleh dua remaja”
Nasib tragis menimpa bocah berinisial MFS (11) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Ia ditemukan tewas mengenaskan di bawah jembatan, Inspeksi Pam Timur Waduk Nipa-nipa, Moncongloe, Kabupaten Maros, Selasa (10/1/2023) dini hari.
Saat ditemukan, kaki dan tangan MFS terikat dan terbungkus plastik. Korban sendiri sempat dinyatakan hilang sejak Minggu (8/1/2023).
Motif pembunuhan: membutuhkan uang
Pelaku AF dan AR berasal dari keluarga yang kurang mampu. Kedua pelaku mengalami masalah ekonomi yang sulit sehingga mereka melakukan hal nekat diluar dugaan. Selain daripada itu pelaku tergiur dengan harga organ yang fantastis sehingga mereka melakukan hal tersebut tanpa memikirkan konsekuensi yang dilakukan oleh pelaku.
Dua pelaku tergiur uang besar dengan cara mengambil organ tubuh korban, lalu dijual ke website luar negeri. Pelaku membuka website (YANDEX) didalam website tersebut mereka mendapatkan tawaran dari situs tertentu dengan menjual organ tubuh dan mendapatkan atau menjanjikan uang sebesar 80 ribu USD atau sekitar Rp1.230.960.000,00.
Skenario
Awal mula kasus ini terungkap saat orang tua korban (MFS) melapor ke kepolisian bahwa MFS telah hilang pada Minggu, 8 Januari 2023. Setelah dilaporkan, kepolisian melakukan beberapa penyelidikan seperti salah satunya memeriksa CCTV dijalan Batuah Raya.
Pada rekaman CCTV tersebut MFS dibawa temannya dengan mengendarai sepeda motor. Setelah melihat rekaman CCTV tersebut polisi mengidentifikasi dan menginterogasi dua remaja sebagai tersangka.
Setelah diungkap kebenarannya pelaku AF (17) dan AD (14) mengakui bahwa telah melakukan penculikan dan pembunuhan kepada MFS.
Pelaku menjelaskan kronologi awal terjadinya rencana yang dilakukannya yaitu pelaku menjanjikan uang sebesar Rp50 ribu jika MFS mau membantu mereka membersihkan rumah. Setelah korban berada di kediaman pelaku yang sengaja dikosongkan, pelaku meminjamkan laptop kepada MFS sembari menunggunya.
Setelah itu pelaku melakukan aksinya dengan mencekik dan membenturkan kepala korban ke lantai sebanyak lima kali hingga korban tidak sadarkan diri. Usai melakukan aksinya, pelaku menghubungi website pembeli organ tubuh tersebut melalui email. Namun, pelaku tidak kunjung mendapatkan balasan. Saat itu, kedua pelaku bingung harus melakukan tindakan apa setelah melakukan kekerasan tersebut.
Akhirnya pelaku memutuskan untuk membuang korban ke bawah jembatan Inspeksi Pam Timur Waduk Nipa-nipa. Korbanpun ditemukan dalam keadaan terikat di dalam plastik.
Hukuman bagi pelaku pembunuhan
Dua pelaku dijerat pasal pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP) dan UU Perlindungan Anak. Karena mereka masih di bawah umur, sehingga ancaman hukumannya dikurangi setengah. Seandainya mereka itu dewasa, pastinya hukuman mati atau seumur hidup.
Pasal 340 KUHP menyatakan bahwa “Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun”
Identifikasi kasus dalam sistem komunikasi Indonesia
Discussion about this post