Oleh karena itu, generasi muda Indonesia, khususnya di Sulawesi Tenggara, harus menjadi pelopor dalam membangun ekosistem digital yang sehat dan santun. Pemuda bukan hanya harus melek teknologi, tetapi juga melek nilai.
Kepemimpinan seperti yang ditunjukkan oleh Andi Sumangerukka adalah cerminan dari transformational leadership teori yang dikemukakan oleh James MacGregor Burns, di mana pemimpin berperan menginspirasi, menumbuhkan kepercayaan, dan menggerakkan nilai-nilai moral dalam diri pengikutnya.
ASR, dengan latar militer yang tegas namun humanis, mengajak pemuda Sultra untuk membangun daerah dengan etos kerja, kreativitas, dan disiplin sosial yang tinggi.
Momentum Sumpah Pemuda kali ini menjadi kesempatan bagi masyarakat dan pemuda untuk memperkuat kepercayaan terhadap kepemimpinan visioner, seperti yang ditunjukkan oleh ASR. Kepercayaan itu bukan sekadar loyalitas, tetapi kesadaran bahwa masa depan daerah membutuhkan arah yang jelas dan komitmen bersama.
Soekarno pernah berkata, “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kalimat legendaris ini menegaskan bahwa kekuatan bangsa bukan terletak pada jumlah, tetapi pada kualitas semangat dan kesadaran generasinya.
Kini, tantangan bagi pemuda bukan lagi penjajahan fisik, tetapi penjajahan pikiran dan informasi. Maka, pemuda Indonesia harus menjadi “pejuang literasi digital” berani berpikir kritis, bijak dalam bersikap, dan santun dalam berkomunikasi.
Sumpah Pemuda bukan hanya peringatan sejarah, melainkan seruan moral untuk bersatu, berkarya, dan beretika di tengah era keterbukaan. Mari kita jadikan momentum ini sebagai titik balik untuk meneguhkan kepercayaan kepada kepemimpinan yang visioner, dan untuk membangun generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan beradab.(***)
Penulis adalah Sekretaris Jenderal Visioner Indonesia
Jangan lewatkan video populer:
https://youtu.be/EXvqsf4I8vE?si=vt1eIPTAaLd5DCTi


Discussion about this post