Apalagi rakyat sudah tau seluk beluk dan rute kezaliman yang terjadi diakhir satu tahun periode kekuasaan, yakni pengabdian Bung Presiden kepada China tanpa henti melalui kerjasama investasi. Rakyat sudah kecewa berat dengan rezim yang anda pimpin. Bung Presiden memimpin negara sudah terlalu naif, rakus seperti serigala berbulu domba. Tugas Bung Presiden, mestinya hadirkan keadilan sosial yang sungguh-sungguh sebagaimana amanat UUD 945. Tetapi gagal total.
Realitas kekuasaan rezim saat ini, sangat mencabik-cabik kedaulatan tanah, air dan bumi pertiwi Indonesia. Pulau-pulau kecil yang berpenghuni semakin mudah digadai pada perusahaan asing-aseng seperti perusahaan asal China itu Xin Yi International Investment Limited yang kali ini aneksasi rakyat Pulau Rempang.
Apalagi pulau terluar dan terisolir tak berpenghuni yang kosong dari perlawanan, bahkan banyak rakyat tidak mengerti (tidak tau) pulau-pulau tersebut, bisa jadi sudah terjual. Bung Presiden sebagai pemegang saham amanat rakyat dan satu coretan tanda tangan anda, diharapkan berpihak pada rakyat Pulau Rempang agar Bung Presiden segera hentikan investasi itu.
Tak ada gunanya investasi 170 triliun yang dibanggakan itu. Kalau rakyat Pulau Rempang menderita selama-lamanya. Tergorok mati dinegeri sendiri karena kejahatan bengisnya kekuasaan yang menerima rayuan oligarki rakus nan sembrono itu. Tak berguna bagi nusa dan bangsa atas investasi China. Bung Presiden harus nasehati secara baik dan benar semua menteri-menteri yang anda pimpin atas keluarnya peraturan kawasan proyek strategis nasional yang telah ditetapkan pada akhir Agustus 2023.
Tak bermanfaat investasi 190 tahun dengan 170 triliun itu, tetapi rakyat menderita tanpa arah yang jelas. Ketentuan yang tertuang dalam Permenko Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional sebagai dasar penetapan kawasan strategis itu, tak membawa kemaslahatan bagi rakyat.
Lebih baik Bung Presiden yang katanya nilai survei kepercayaan rakyat paling tinggi, sebaiknya hentikan proyek tersebut. Tak sepadan keberkahan kawasan Eco City tersebut digarap melalui kerja sama antara BP Batam dan PT Makmur Elok Graha (MEG) dengan nyawa rakyat yang tergorok dan tergadai ditanah rumahnya sendiri.
Pembangunan yang Bung Presiden rencanakan itu pasti menelan ribuan korban rakyat di Pulau Rempang. Apabila lahan seluas 17 ribu hektar untuk proyek yang ditargetkan menarik investasi hingga Rp381 triliun pada 2080 dan membuka lapangan kerja. Itu sama menghancurkan kedaulatan sah de vacto Indonesia.
Bung Presiden, kita semua rakyat dan termasuk anda sendiri. Belum mengerti arah masa depan Indonesia seperti apa. Mayoritas rakyat sudah menduga arahnya yakni terkoyak-koyak dan terbaginya wilayah Indonesia oleh kekuatan asing-aseng yang kita sendiri masih meraba.
Bung Presiden, please kebijakan investasi ini, jangan jadikan alat pembodohan rakyat dengan alasan meningkatkan daya saing dengan Malaysia maupun Singapore. Itu hanya akal bulus yang membisik dan membidik agar Indonesia terpecah-pecah. Sekali Bung Presiden percaya pada bisikan setan investasi, maka tinggal menunggu kehancuran negara ini. Please Bung Presiden hentikan investasi. Biarkan rakyat Pulau Rempang hidup sejahtera secara alamiah.
Bayangkan, 16 kampung tertua Melayu yang berdiri 1834 itu akan lenyap ditelan penjajah aseng-asing. Kalau dipaksakan direlokasi, maka nilai sejarah tradisional dan budaya adat melayu jauh sebelum Indonesia merdeka akan hilang selama-lamanya. Apalagi Pulau Rempang sudah menetap sejak di bawah asuhan kekuasaan Kerajaan Melayu Islam Riau Lingga. Tentu rakyat Pulau Rempang, lebih dahulu hadir dibanding Indonesia merdeka. Bahkan dari Rempang Melayu itu, menyumbang untuk kemerdekaan Indonesia.
Discussion about this post