Perkenalan terhadap OBE, menurut Rhenald Kasali seharusnya bukanlah hal baru. Karena sejak tahun 1930 konsep OBE mulai diperbincangkan. Sehingga sudah menjadi sebuah keharusan bagi kampus untuk segera melakukan transformasi.
Jangan sampai menurutnya orang Indonesia sudah memiliki ilmu dan kemampuan untuk melakukan perubahan, namun kekurangan rasa percaya diri, sehingga membuat para dosen lebih banyak menjadi konsumen ilmu daripada pencipta.
“Aspek yang perlu diangkat di Indonesia adalah kepercayaan diri atau “confidence”. Percaya diri, mau dan mampu berubah! Selama ini, karena kita tidak punya confidence maka kita hanya jadi pembeli dan pengikut,” ucap Rhenald Kasali.
Transformasi Secara Gotong Royong
Transformasi tidak bisa dilakukan seorang diri. Rhenald Kasali mengungkapkan bahwa perubahan membutuhkan dukungan semua pihak, baik dari institusi pendidikan, tenaga pendidik, mahasiswa, dunia industri, pemerintah, maupun masyarakat luas. Karena menurutnya pendidikan bukan hanya tentang penyerapan informasi, melainkan juga tentang memberdayakan individu untuk menjadi pencipta, inovator, dan pemimpin dalam menciptakan ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan bangsa dan dunia.
Hal ini juga senada dengan paparan Himmatul Aliyah selaku Anggota DPR-RI Komisi Pendidikan, dan Mahir Bayasut selaku Ketua PMO Kedaireka Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Menurut keduanya, supply (penawaran) dan demand (permintaan) pendidikan tinggi dan dunia usaha belum terjalin dengan maksimal.
“Oleh karenanya Kedaireka sebagai program Kementerian Pendidikan, mempertemukan dunia industri dan dunia pendidikan. Kedaireka menjadi biro jodoh, dan memberi intensif berupa matching fund (dana hibah), serta forum-forum pertemuan antara dunia industri dan dunia pendidikan. Sehingga kampus bisa bergotong royong mengerjakan penelitian dan bisnis,” ungkap Mahir Bayasut.
Mutlak Harus Memanfaatkan Teknologi
Discussion about this post