Oleh: Khaziyah Naflah
“Bak tikus mati dilumbung padi”, peribahasa ini mewakili betapa malang nasib rakyat Indonesia yang saat ini kesusahan untuk mendapatkan minyak goreng di negeri penghasil minyak sawit/crude palm oil (CPO) terbesar di dunia.
Ya, sejak 2016 silam Indonesia berhasil menyalip Malaysia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia. Namun, nampaknya kebermelimpahannya tak serta merta dengan mudah dinikmati para penduduknya.
Kelangkaan minyak goreng dan naiknya harga justru membuat kaum emak-emak pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak, sejak adanya subsidi pemerintah dengan patokan satu harga, minyak goreng mulai langka di pasaran, walaupun ada harganya cukup fantastis bahkan sampai tembus Rp70 ribu per liternya.
Namun anehnya, disaat emak-emak berpikir keras agar dapur tetap mengepul dan mencari strategi bagaimana cara mendapatkan minyak goreng, sebagian elit politik justru tebar pesona dengan membagikan minyak goreng murah. Sebagaimana diketahui PDIP telah melakukan pembagian minyak goreng hingga 10 ton. Sementara PSI telah menggelar operasi pasar murah.
Jelas hal ini menimbulkan banyak spekulasi di kalangan masyarakat, dari mana datangnya minyak goreng tersebut, bukankah penguasa juga mengaku kebingungan siapa yang menimbun hingga menyebabkan kelangkaan minyak goreng? Namun mengapa sebagian elit mendapatkannya dengan mudah dengan kisaran cukup besar, apakah sebagian wakil juga iku menimbun?
Tokoh Nahdatul Ulama (NU) Habib Noval Assegaf melalui akun twitternya juga mengaku bingung atas banyaknya pembagian minyak goreng di tengah kelangkaannya.
“Minyak goreng langka tapi banyak yang bagi-bagi dan operasi pasar. Jadi sebenarnya siapa yang menimbun?,” tulisnya, Selasa, (8/3/2022).
Sementara itu sejumlah Warganet menyeret nama PDIP dan PSI. “Manfaat lain dari minyak goreng, sbg suplemen kenaikan elektabilitas,” tulis @ilmu***
“Kalo pertanyaan ini, pasti PDIP dan PSI yg paling tahu jawabannya,” jawab @Khae*** ( fajar.co.id, 9/3/2022).
Discussion about this post